Sabtu, 21 Mei 2011

DITEMUKAN 10 PLANET BARU DI PLANET BIMA SAKTI BIMA SAKTI

Sepuluh planet baru "mengambang" melalui galaksi ditemukan tim astronom internasional yang dipimpin ilmuwan Selandia Baru. Kesepuluh planet berukuran Jupiter itu merupakan penemuan baru dalam sejarah Galaksi Bima Sakti. Penemuan menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan ilmuwan komputer Universitas Massey, Wellington, Australia.
"Mereka planet raksasa di galaksi kita, sekitar ukuran Jupiter. Ternyata selam ini kesepuluh planet tersebut berada di suatu tempat di antara kita dan bintang-bintang," kata Ian Bond, seorang Astro Fisika, belum lama ini. Planet-planet itu diyakini berjarak sekitar dua-pertiga dari pusat galaksi, berjarak sekitar 25.000 tahun cahaya.

Jika mereka terlihat dengan mata telanjang, planet-planet itu akan menjadi gelap gulita, karena mereka tidak memancarkan cahaya. Planet baru ini bisa saja dikeluarkan dari sistem surya karena pertemuan gravitasi dekat dengan planet lain atau bintang. Kemungkinan besar planet baru tumbuh dari keruntuhan bola gas dan debu, tapi tak memiliki massa untuk menyalakan bahan bakar dan menghasilkan cahaya bintang sendiri.

Temuan itu menyebabkan para peneliti beraharap planet mengambang bebas seukuran Bumi yang dapat mendukung kehidupan. Meskipun hingga saat ini kemungkinan itu kecil, planet semacam itu belum terdeteksi.(Xinhua/AIS)

Kamis, 19 Mei 2011

GEOGRAFI KOTA TUAL

LETAK GEOGRAFIS
Kota Tual adalah Daerah Otonom Baru (DOB) yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara sesuai  UU. No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku.

Secara astronomis Kota Tual terletak pada koordinat : 131° – 133°  Bujur Timur dan 5° – 6° Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Laut Banda, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Maluku Tenggara dan Laut Arafura, Sebelah Barat dengan Laut Banda dan  Sebelah Timur dengan Selat Nerong (Kabupaten Maluku Tenggara).

 Luas Wilayah Kota Tual 19.088,29 Km²  terdiri dari luas daratan 352,66 Km² (1,33 %) dan luas lautan 18.736 Km² (98,67%).  Kota Tual  Kepulauan (city of small islands) merupakan gugusan pulau -pulau kecil yang terdiri dari 66 pulau, 13 pulau diantaranya berpenghuni, memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah serta kondisi pulau-pulau kecil dan pesisir yang indah permai karena dikelilingi pasir putih.

Potensi geoekonomis yang terdapat di Kota Tual dengan nisbah laut dengan darat hampir mencapai 98 persen serta garis pantai yang panjang berimplikasi terhadap potensi sumberdaya yang dimiliki berupa kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi tersebut secara umum terdiri dari sumber daya hayati, sumberdaya non hayati, energi kelautan dan jasa kelautan. Potensi pembangunan tersebut meliputi : (1) sumber daya dapat diperbaharui (renewable resources) yang memiliki potensi keragaman hayati dan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan kerapu, udang, kerang mutiara, ikan hias, napoleon, dan teripang serta berbagai jenis moluska; serta ikan demersal lainnya; (2) sumber daya tidak dapat diperbaharui (non renewable resources) seperti, pasir putih dan mineral lainnya; (3) energi  kelautan seperti : energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (ocean thermal energy conversion) dan (4) jasa-jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat (habitat) indah dan menyejukan untuk lokasi pariwisata dan rekreasi, media transportasi dan komunikasi, pengatur iklim, penampung limbah, kawasan permukiman, serta industri dan sebagainya. Sejauh ini pemanfaatan sumber daya yang berada di pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil yang ada di Kota Tual masih jauh dari optimal.

Secara administratif Pemerintahan Kota Tual terdiri dari 4 kecamatan, 26 desa, 3 kelurahan dan 10 dusun. Jumlah Penduduk Kota Tual hingga pertengahan bulan Juni Tahun 2009 sebesar 70.367 Jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 15 jiwa/Km2 dengan perincian sebaran penduduk terbesar berada di Kecamatan Pulau Dullah Selatan sebesar 41.930 Jiwa dengan presentase 59,58  % dan sebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan  Pp. Kur sebesar 5.883 Jiwa dengan presentase 8,36 %.


IKLIM

Kota Tual merupakan suatu wilayah yang beriklim Muson. Pada masa Musim Timur, angin bertiup dari Tenggara dan terjadi kemarau. Pada Musim Barat terjadi musim hujan, angin bertiup dari Barat Laut , serta kondisi perairan umumnya bergelora pada bulan Januari sampai Februari.

Berdasarkan data pada stasiun meteorologi kelas III Dumatubun Tual, suhu rata-rata Tahunan Kota Tual sebesar 27,3o C, suhu minimum 23,5o C serta suhu maksimum mencapai 33,2 o C. Kelembaban rata-rata sekitar 81 %, penyinaran matahari rata-rata mencapai 65% dan tekanan udara rata-rata 1010,7 millibar. Curah hujan tahunan pada daerah ini berkisar antara 2000-4000 mm dengan curah hujan rata-rata 2118,3 mm/tahun atau 176,5 mm/bulan.


TOPOGRAFI
Umumnya kondisi topografi Kota Tual beragam dari daratan yang datar hingga relatif berbukit dengan kemiringan berkisar antara 0-8% dan 8-15% dimana pemukiman/desa umumnya berada pada wilayah dengan ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Morfologi daratan pada kepulauan ini tergolong landai terutama pada daerah Pulau Ut, Tayando dan Dullah, Sedangkan karakter daratan yang cukup berbukit dapat ditemui pada kecamatan Pulau-pulau Kur.


PENDUDUK DAN ANGKATAN KERJA
Jumlah penduduk kota tual sampai tahun 2009 tercatat sebanyak 70.367 orang. Secara Demografi jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk pada pertengahan bulan Juni tahun 2009 tersebar di Kecamatan Pulau Dullah Selatan 41.930 jiwa, Kecamatan Pulau Dullah Utara 16.011 jiwa, Kecamatan Pulau Tayando Tam 6.543 jiwa dan Kecamatan Pulau-pulau Kur 5.883 jiwa. Laju Penduduk Kota Tual adalah sebesar 12,7% dan kepadatan penduduk pada berbagai wilayahnya berkisar antara 49 orang/Km2 - 251 orang/km2.
Dari total penduduk tercatat, presentasi angka pengangguran adalah sebesar 32,9 persen sementara pengangguran terbuka sebanyak 11, 2 persen.

SOSIAL BUDAYA DAN PEMERINTAHAN
Kota Tual mempunyai akar budaya dan adat istiadat yang sama dengan Kabupaten induknya Maluku Tenggara yaitu filosofi adat hukum Larvul Ngabal. Nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum Larvul Ngabal mampu memelihara ketertiban & hubungan keakraban antar penduduk, menanamkan rasa gotong royong (Budaya Maren), serta memupuk kesadaran masyarakat untuk menjaga keharmonisan alam melalui sistem “Hawear” yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijak & berkelanjutan. Singkatnya, faktor budaya dan istiadat dapat diandalkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang mendukung adanya suatu keadaan yang kondusif dan harmonis.
Kota Tual dimekarkan berdasarkan UU. No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku. Dengan penjabaran wilayah administratif menurut Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Tual adalah sebagai berikut:

-Kecamatan Pulau Dullah Utara, Ibukota Kecamatan Namser, desa / dusun:
 - Dullah   - Tamedan 
 - Dullah Laut - Watran
 - Fiditan  - Ohoitel
 - Lebetawi - Ngadi
 - Ohoitahit 
  
- kecamatan Pulau Dullah Selatan, Ibukota Kecamatan Wearhir, desa / dusun / kelurahan:
 - Taar - Pulau Ut
 - Tual - Kelurahan Ketsoblak 
 - Fair - Kelurahan Lodar El
 - Mangon - Kelurahan Masrum
  
 - Kecamatan Tayando-Tam, Ibukota Kecamatan Tayando Yamtel, desa/dusun:
 - TamNgurhir  - Tayando Yamru
 - Tayando Langgiar - Tayando Yamtel
 - Tayando Ohoiel - Tam Ohoitom
  
 - Kecamatan Pulau-Pulau Kur, Ibukota Kecamatan Tubyal, desa:
 - Finualen - Tubyal
 - Hirit - Warkar
 - Kaimear - Yapas
 - Kanara - Fadol
 - Lokwirin - Sitarlor
 - Niela - Pasir Panjang
 - Rumoin - Sarmaf
 - Tiflen 


INFRASTRUKTUR DAERAH

a.    Perhubungan Laut

Kota Tual yang merupakan daerah kepulauan, keadaan ini menuntut adanya sarana transportasi laut yang memadai.

Trayek-trayek pelayaran umum yang ada di Kota Tual  Antara lain: 1) Trayek Kapal PELNI (KM Ciremai, KM Kelimutu, KM Tatamailau), 2) Trayek Kapal Perintis (KM Tanjung Tungkor, KM Lestari, KM Alken, KM Abadi Permai, KM Banda Naira, KM maloli ), 3) Trayek Feri dan 4)Trayek Pelayarn Lokal/Rakyat. Kemudian gambaran sarana perhubungan laut dan pendukungnya adalah sebagai berikut:

(1)  Dermaga Tual sebagai dermaga umum, merupakan tempat bongkar muat barang dan penumpang yang berlokasi di Tual. Dermaga ini keberadaannya berfungsi bagi perkembangan mobilitas barang dan jasa di wilayah Indonesia Timur, karena banyak disinggahi oleh kapal-kapal dari dalam negeri (Kapal PELNI), kapal kargo yang melayani pengiriman barang dengan peti kemas serta kapal – kapal dari luar negeri.  Selain berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan pelayaran nusantara dermaga ini juga melayani pelayaran rakyat (kapal perintis) dengan rute ke pulau-pulau sekitarnya.  Pelabuhan penyeberangan dilayani oleh kapal Ferry dengan rute Tual-Dobo; Tual – Saumlaki - Tepa dengan siklus dua kali sebulan.  Dermaga ini memiliki ukuran 1454 x 8 meter dengan cause way sepanjang 286 meter.

(2)    Pelabuhan Kur yang berskala Lokal terdapat di P. Kur tepatnya di Desa Lokwirin yang dipergunakan untuk kegiatan bongkar-muat penumpang dan barang.
(3)    Dermaga Ngadi sebagai Pelabuhan khusus yang berlokasi di Desa Ngadi dengan ukuran 330 x 15 meter dengan cause way 330 meter
(4)    Pelabuhan Perikanan Nusantara dengan tipe Jetty, yang berukuran 150 x 6 meter dengan cause way : 2 (60 x 2 meter)
(5)    Dermaga penyeberangan ASDP dengan tipe khusus khusus dengan ukuran 50 x 6 meter dengan cause way sepanjang 50 meter
(6)    Pelabuhan Pangkalan TNI-AL
(7)    Pelabuhan Pertamina
(8)    Pelabuhan PPI Kelvik

b.    Perhubungan Darat

Jalan sebagai prasarana penunjang kegiatan perekonomian  adalah faktor yang juga memegang peranan penting untuk mendukung lancarnya distribusi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya. Adapun Panjang jalan darat pada kota tual adalah sepanjang 167.75 Km yang terdiri dari Jalan Nasional sepanjang 21.34 Km dan Jalan Provinsi sepanjang 8.96 Km. Umumnya kondisi jalan terutama yang berada di Pulau Dullah cukup baik adanya. Berdasarkan materi perkerasannya, kondisi jalan yang ada dapat dibagi menjadi beberapa yaitu jalan hotmix 55.2 km, jalan aspal 63.50 Km, jalan tanah 5 Km jalan setapak 63,50 km  .
Sementara itu angkutan umum yang beroperasi mempunyai 9 trayek yaitu Tual – Tamedan (7 Unit), Tual – Dullah (9 Unit), Tual – Fiditan (20 Unit), Tual – BTN (8 Unit), Tual – Ohoitel (9 Unit), Tual – Taar (4 Unit) dan trayek yang menghubungkan Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 40 trayek, 382 unit armada. Angkutan umum ini berpangkal pada 2 unit terminal yaitu terminal Lodar El dan Terminal Wara yang merupakan terminal tipe C.


c.    Perhubungan Udara


Sarana perhubungan udara terletak di Langgur Kabupaten Maluku Tenggara yaitu Lapangan Udara Dumatubun dengan lama perjalanan dari kota Tual ±10 menit. Maskapai penerbangan yang membuka rute ke Lanud. Dumatubun Langgur antara lain Merpati Air, Wings Air, Ekspress Air dan Trigana Air (Pesawat jenis Foker 27) dengan frekwensi penerbangan sebanyak enam kali dalam seminggu ke Kota Ambon. Rute ke Kota-kota seperti Jakarta, Makassar, Surabaya serta ke Papua melalui Transit pada Bandara Pattimura Ambon. Jarak kota Tual sendiri ke Ibu kota Propinsi Maluku di Ambon adalah : 617,40 km atau sekitar 343 mil laut yang ditempuh selama ± 80 menit.

d.    Pos , Telekomunikasi Dan Perbankan

Akses informasi dan telekomunikasi di Kota Tual dapat dilakukan melalui satelit dengan menggunakan telepon seluler dan jaringan internet. Perusahaan-perusahaan yang menunjang telekomunikasi di Kota Tual antara lain PT. Telkom, Telkomsel, dan Indosat. Aktivitas Perbankan yang beroperasi pada wilayah ini sangat menunjang Perekonomian yang berlangsung. Lembaga Perbankan di Kota Tual meliputi : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Maluku, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri,  Bank Danamon, serta Bank Artha Graha Tual.



POTENSI PARIWISATA, SUMBER DAYA  PULAU-PULAU KECIL, DAN EKOSISTEM PESISIR
Kota Tual sebagai Kota Kepulauan yang terdiri dari 66 buah pulau kecil, sangat berpotensi untuk dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan investasi terutama diperuntukan untuk pengembangan pariwisata bahari, budidaya laut (marie culture) serta pendidikan dan penelitian.      

Dukungan potensi ekosistem pesisir seperti terumbu karang, lamun dan mangrove di Kota Tual sebagai kawasan pesisir dengan kumpulan pulau-pulau kecil tentunya merupakan modal yang sangat besar dalam kaitannya dengan pengembangan potensi kelautan dan perikanan di wilayah ini. Jumlah luas ekosistem tersebut dapat dilihat pada Tabel luas ekosistem di Kota Tual berikut ini:
 kecamatanLuas Ekosistem (Km2)
 MangroveLamun Karang
 P. Dullah 0,4757 11,2113 35,4728
 Selatan 0,2821 9,4995 74,3461
 P. Dullah Utara - 4,6748 17,2926
 PP. Kur - 31,4096 94,5001
 PP. Tayando    
  0,7578 56,7952 221,6116

Sebagai kawasan kepulauan, obyek wisata yang potensial tersebar hampir di seluruh kecamatan. Potensi Pariwisata Kota Tual yang dapat dikembangkan terdiri dari Potensi wisata minat (selam/renang), potensi wisata rekreasi, dan potensi ekowisata serta budaya. Beberapa obyek wisata di antaranya penangkaran siput mutiara di Pulau Ubur, wisata pantai Difur, wisata Pantai Nam Indah, wisata Pulau Adranan, wisata pantai Pulau Burung,  wisata budaya Desa Dullah, wisata Pulau Duroa, wisata Goa Tengkorak Kepala Tujuh, wisata Desa Nelayan Pulau Fair, wisata Kawasan Konservasi Laut Teluk Un serta Taman Laut Barak New.

- Pertanian
Sektor pertanian dan perkebunan dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah Kota Tual tahun 2009-2013 digambarkan sebagai salah satu prioritas yang memberdayakan ekonomi rakyat. Lahan Pertanian dan perkebunan pada Kota tual adalah seluas 24.580 Hektar yang digunakan untuk jenis tanaman pangan dan hortikultura. Jenis tanaman pangan dan hortikultura yang ada antara lain ubi kayu, ubi jalar, padi ladang, jagung, kacang tanah, kacang hijau, sayuran (sawi, kangkung, bayam, buncis), bawang merah, lombok, ketimun, terong dan kacang-kacangan.
Lahan perkebunan dimanfaatkan untuk tanaman kelapa, dengan luas perkebunan mencapai 15.775 ha dan juga  rempah-rempah, seperti  cengkeh, pala dan komiditi perkebunan lainnya seprti jambu mete dan kopi.  Untuk tanaman buah, antara lain: jeruk, mangga, pepaya pisang, jambu, nangka, nanas, sukun dan alpukat, pemanfaatan lahannya adalah seluas 756 ha. Usaha peternakan terdiri dari ternak besar (sapi, kambing, babi) dan ternak kecil (itik, ayam buras dan ayam ras).

KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)


Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:

“Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.” 

Pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual. Namun dalam pembahasan selanjutnya SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer. SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis yang tersedia merupakan data dalam jumlah dan ukuran besar, dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial. Ini adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan, seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
Telah dijelaskan di awal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya, tapi harus tersedia data geografis yang akurat dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.

Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial, data yang berorientasi geografis. Data ini memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan berikut ini :
  1. lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.
  2. deskriptif (atribut) atau informasi nonspasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya. Contoh jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Format Data Spasial 

Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format.

Data Vektor

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (titik perpotongan antara dua buah garis).

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa feature. Namun kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

Data Raster
Data raster (disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file. Semakin tinggi resolusi grid-nya, semakin besar ukuran filenya, dan ini sangat bergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematis. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.

Sumber Data Spasial 

Salah satu syarat SIG adalah data spasial. Ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:

Peta Analog 

Peta analog yaitu peta dalam bentuk cetak. Seperti peta topografi, peta tanah dan sebagainya. Umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, dan kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital. Caranya dengan mengubah format raster menjadi format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.


Data Sistem Penginderaan Jauh

Data penginderaan jauh, seperti hasil citra satelit, foto-udara dan sebagainya, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG. Karena ketersediaan data secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasi masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan merupakan data yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dan lain-lain.

Data GPS (Global Positioning System) 

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS diterangkan dalam subbab terpisah.

Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survei dan GPS 

Data spasial yang dibutuhkan pada SIG dapat diperoleh dengan berbagai cara. Salah satunya melalui survei dan pemetaan, yaitu penentuan posisi/koordinat di lapangan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas beberapa hal yang berkaitan dengan posisi/koordinat serta metode-metode untuk mendapatkan informasi posisi tersebut di lapangan.


Peta
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi). Untuk itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.

Proyeksi Peta
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar, tapi mendekati bulat. Maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol. Caranya dengan melakukan proyeksi ke bidang datar.

Pengelompokan Proyeksi Peta

Yang Mempertahankan Sifat Asli
  1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)
  2. Bentuk yang tetap (konform)
  3. Jarak yang tetap (ekuidistan) Perbandingan dari daerah yang sama untuk proyeksi yang berbeda :

    Yang Menggunakan Bidang Proyeksi
  • Bidang datar
  • Bidang kerucut
  • Bidang silinder
Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) 

Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi

Sifat-sifat Proyeksi UTM
  1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
  2. Daerah di antara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone.
  3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
  4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.
  5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
  6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.

Sistem Koordinat UTM
Untuk menghindari koordinat negatif, dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.

Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone UTM. Artinya, wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 sampai zone 54 (meridian sentral 93° – 141° BT).

Metode Penentuan Posisi

Metode penentuan posisi adalah cara untuk mendapatkan informasi koordinat suatu objek di lapangan, contohnya koordinat titik batas, koordinat batas persil tanah dan lain-lain. Metode penentuan posisi dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu metode penentuan posisi terestris dan metode penentuan posisi extra-terestris (satelit).

Pada metode terestris, penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Beberapa contoh metode yang umum digunakan adalah:
  1. Metode poligon.
  2. Metode pengikatan ke muka.
  3. Metode pengikatan ke belakang.
  4. Dan lain-lain.

Pada metode ekstra terestris, penentuan posisi dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar dan satelit buatan manusia. Beberapa contoh penentuan posisi extra terestris adalah sebagai berikut:
  1. Astronomi geodesi.
  2. Transit Dopler.
  3. Global Positioning System (GPS).
  4. Dan lain-lain.
Sistem Koordinat
 
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat didefinisikan melalui spesfikasi tiga parameter berikut:

Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat

Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).

  Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat

Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan. Ada dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat Geodetik (L,B,h).

Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik. Umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U).

Parameter-parameter (kartesian, curvilinear) itu digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Transverse Mercator (TM) dan Universal Transverse Mercator (UTM).

Metode Penentuan Posisi Global (GPS)

GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter hingga meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z, 1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit.

1.3.4.1. Sistem GPS

Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola dalam suatu sistem yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu bagian angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai.

Bagian Angkasa

Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi. Jumlah satelit GPS adalah 24 buah. Satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6 bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± 20.200 Km dari permukaan bumi.

Setiap satelit GPS secara kontinu memancarkan sinyal-sinyal gelombang pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2). Dengan mengamati sinyal-sinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang cukup, kemudian data yang diterima tersebut dapat dihitung untuk mendapatkan informasi posisi, kecepatan maupun waktu.


Bagian Pengontrol
Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi untuk memonitor dan mengontrol kelayakan satelit-satelit GPS. Stasiun kontrol ini tersebar di seluruh dunia, seperti di Pulau Ascension, Diego Garcia, Kwajalein, Hawai, dan Colorado Springs. Di samping memonitor dan mengontrol fungsi seluruh satelit, ia juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.

Bagian Pengguna 

Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara
maupun di angkasa. Alat penerima sinyal GPS (Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan
memproses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan,
maupun waktu.
Secara umum receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Receiver militer
  2. Receiver tipe navigasi
  3. Receiver tipe geodetik
Metode-metode Penentuan Posisi dengan GPS

Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut :

Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (sumber Abidin H.Z)
Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokan atas beberapa metode, di antaranya:
  • Metode absolut,
  • Metode relatif (differensial).

Metode Absolut
Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang hanya menggunakan sebuah alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut:
  1. Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi).
  2. Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus.
  3. Hanya memerlukan satu receiver GPS.
  4. Titik yang ditentukan posisinya, bisa diam (statik) atau bergerak (kinematik).
  5. Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter.

Aplikasi utama metode ini untuk keperluan navigasi. Metode penentuan posisi absolut ini umumnya menggunakan data pseudorange. Namun metode ini tidak dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi.


Metode Relatif (Differensial)
Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metode differensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya. Pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya, data hasil pengamatan diproses dan dihitung sehingga akan didapat perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga dengan baseline antar titik yang diukur.

Karakteristik umum dari metode penentuan posisi ini adalah sebagai berikut:
  1. Memerlukan minimal dua receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya.
  2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.
  3. Konsep dasar adalah differencing process, dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.
  4. Bisa menggunakan data pseudorange atau fase.
  5. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan dm.
  6. Aplikasi utama: survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi dan navigasi dengan ketelitian tinggi.
Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS

Penentuan posisi dengan GPS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
  1. Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas receiver GPS, level dari kesalahan dan bias.
  2. Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati, lokasi dan distribusi satelit dan lama pengamatan.
  3. Metode penentuan posisi, terkait dengan metoda penentuan posisi GPS yang digunakan, apakah absolut, relatif, DGPS, RTK dan lain-lain.
  4. Strategi pemrosesan data, terkait dengan real-time atau post processing, strategi eliminasi dan pengoreksian kesalahan dan bias, pemrosesan baseline dan perataan jaringan serta kontrol kualitas.
Aplikasi-aplikasi GPS

Beberapa aplikasi dari GPS di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Survei dan pemetaan.
  2. Survei penegasan batas wilayah administrasi, pertambangan dan lain-lain.
  3. Geodesi, Geodinamika dan Deformasi.
  4. Navigasi dan transportasi.
  5. Telekomunikasi.
  6. Studi troposfir dan ionosfir.
  7. Pendaftaran tanah, Pertanian.
  8. Photogrametri & Remote Sensing.
  9. GIS (Geographic Information System).
  10. Studi kelautan (arus, gelombang, pasang surut).
  11. Aplikasi olahraga dan rekreasi.

OSEANOGRAFI

                 Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan γράφειν atau graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).

Cabang-cabang
Ilmu oceanografi dapat dibagi menjadi beberapa cabang:
Cabang-cabang tersebut menunjukkan bahwa banyak ahli oceanografi pada awalnya mendapat pendidikan ilmu pasti atau matematika dan kemudian menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan interdisipliner mereka untuk oceanografi